Langsung ke konten utama

 

KONEKSI ANTAR MATERI-BUDAYA POSITIF

 

Sebuah Artikel Sintesis Materi dan Pembuatan Rancangan Tindakan

 

P

endidikan senantiasa mengalami pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan zamannya, akan tetapi inti dari pendidikan yaitu mengemban amanah yang diberikan orang tua supaya murid siap dan bisa menghadapi kehidupan yang nyata sebagai warga negara yang baik dan berguna, cakap dalam pengetahuan dan terampil menata hati, rasa dan fikiran menjadi budaya positif. Dasar pendidikan Ki Hajar Dewantara  bahwa  guru dan siswa diumpamakan sebagai seorang petani dengan tanamannya. Seorang petani tidak bisa menciptakan dan memaksakan agar tanamannya cepat berbuah dengan menarik batang atau daunnya. Tanaman tersebut akan berbuah ketika ia memiliki dan memaksimalkan serta memanfaatkan potensi untuk berbuah serta telah sampai pada waktunya untuk berbuah. Tugas seorang petani adalah menjaga agar tanaman itu tumbuh dengan sempurna, diupayakan tidak terkena hama penyakit yang dapat menyebabkan tanaman tidak berkembang dan tidak tumbuh dengan sehat, caranya yaitu menyemai, menyiram, memberi pupuk dan memberi obat pembasmi hama. Nilai dan Peran guru penggerak sejatinya  dituntut untuk mampu memberikan pendidikan yang berpihak kepada murid serta mengidentifikasinya melalui berlatar belakang berbeda beda termasuk pendekatan kepada sisiwa yang  jika mengalami kesulitan dalam belajar, melakukan pendekatan dengan menuntun, bukan memberikan hukuman, komunikasi aktif dengan wali murid ,berkolaborasi dengan kesiswaan dan bimbingan konseling di sekolah, tentunya untuk mencari solusi serta menerapkan sesuai dengan kondisi murid.

S

alah satu materi yang ada pada program guru penggerak yaitu mengaitkan antara materi mengenai Budaya positif di sekolah dengan materi  sebelumnya agar penerapan dalam pemahamannya  jelas dan terstruktur  diantaranya:

1. Apakah budaya positif di sekolah berdiri sendiri dalam menciptakan budaya ajar yang baik ?

2. Bagaimana penerapan budaya positif jika dikaitkan dengan nilai lain dalam aktivitas belajar mengajar sehari-hari ?

3. Bagian mana dari modul sebelumnya yang berkaitan dan mendukung budaya positif ?.

4. Bagaimana peran guru penggerak menularkan kebiasaan baik kepada guru lain dalam membangun budaya positif di sekolah?

5. Bagaimana guru penggerak bisa menumbuhkan budaya positif di kelas menjadi budaya positif sekolah dan menjadi visi sekolah ?

B

erdasarkan filosofi ki hajar dewantara, pendidikan itu harus bisa menuntun anak memperoleh kebahagian yang setinggi tingginya baik sebagai  manusia maupun sebagai anggota  masyarakat, kemudian pendidikan itu harus melihat kodrat  dan bakat dan potensi anak, harus mampu mengetahui pengaruh kodrat  alam dan kodrat  zaman bagi jiwa anak karena pengaruh kodrat zaman tentunya harus bisa selaras dengan kodrat zaman.

P

ada dasarnya sekolah harus bisa mengembangkan bakat serta potensi murid yang ada dalam dirinya, sekolah harus mampu memfasilitasi semua kebutuhan anak tentunya, dengan menerapkan disipilin positif agar anak terbiasa melakukan hal hal positf yang kemudian akan tumbuh karakter karakter positif tanpa ada tekanan dan paksaan sebagai mana kita ketahui bahwa sebuah budaya akan tumbuh dalam diri anak  jika sudah terbiasa  dalam menerapkannya. Akan tetapi kita hraus fahami bahwa sesuatu yang biasa belum tentu baik akan tetapi sesuatu yang baik harus dibudayakan, sebuah budaya positif di sekolah tidak mungkin bisa berjalan dengan baik dan berdiri sendiri tanpa ada upaya  dari seluruh komponen dan pemangku jabatan untuk terus berusaha bersama sama dalam menjalankan  dan mempertahankan budaya budaya yang sudah ada, kemudian berusaha untuk mencoba menerapkan budaya positif lainnya yang berpihak kepada  kebutuhan murid disekolah.

B

erkaitan dengan Budaya  positif disekolah dan kaitannya dengan nilai nilai lain serta  cara penerapannya harus mampu mengakomodir kebutuhan minat sisiwa, Seorang guru harus mempunyai fikiran bahwa Peserta didik kita memiliki kodrat sebagai manusia bagian dari Ciptaan  Allah SWT, anak didik diyakini akan mampu mengembangkan diri dalam pembelajaran. Dikarenakan sejak lahir memang sudah dibekalkan oleh sang khalik sebagai insan yang memiliki kompetensi dan kemampuan sebagai warga sekolah. dengan demikian nilai dan budaya positif lah yang akan menghiasi karakter siswa menjadi sebuah kebiasaan yang ikhlas tanpa ada paksaan dan tekanan.

S

ebagai seorang calon guru penggerak  dari mempelajari modul menerapkan budaya posistif dalam diri kini tertanam niat tulus untuk memanusiakan manusia sesuai dengan kodratnya, menciptakan budaya positif  yang bernilai  kebebasan tanpa ada paksaan, menghormati anak didik, serta mengupayakan eksplorasi terbimbing sebagai upaya dalam mencapai tujuan Pendidikan Nasional. Sebagai guru juga perlu untuk menjadi teladan saat mendidik baik dekolah maupun dilingkungan masyaraka, memberikan semangat ketika melakukan dan menerapkan budaya positif, serta mendorong anak didik dalam menjalankan pendidikan sebagai salah satu upaya menggapai cita-cita Sebagaimana ungkapan dari Ki Hajar Dewantara "Ing Ngarso Suntulodo, Ing Madya Mangun Karsa, Tut wuri Handayani". Penerapan untuk melakukan pembelajaran yang mengutamakan kebebasan kepada seluruh siswa dalam belajar, menerima pembelajaran, serta kebebasan dalam mengeksplorasi diri sebagai pembelajar. sehingga akan lahir generasi generasi anak yang tidak tergantung kepada orang lain dan bisa bersandar atas kekuatan sendiri. Oleh karena itu untuk terwujudnya tujuan pendidikan tersebut diperlukan profil pelajar Pancasila yaitu beriman dan bertaqwa kepada tuhan YME. Kebhinekaan global, bergotong royong, kratif, bernalar positif, dan mandiri.

S

elanjutnya guru Sebagai pendidik juga harus mengetahui posisi control guru yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak kepada murid semua aspek tersebut harus dimiliki oleh seorang guru terutama calon guru penggerak dalam kiprahnya di sekolah masing masing untuk bisa menularkan kebiasaan kebiasaan positif bagi teman sejawatnya, intinya guru harus mampu memberikan warna positif dalam konteks penerapan budaya positif di sekolah masing masing.

 

P

enerapan disiplin sering diidentikan dengan hukuman dan pemberian sanksi, dampaknya terhadap prilaku siswa tidak memiliki kreatifitas dan aktifitas, rasa minder  sering dijumpai pada anak anak kita, dalam konteks penerapan budaya positif disekolah seharusnya dengan pendekatan terhadap sisiwa dengan menggunakan sistem dialog aktif. Hukuman diartikan  merupakan bentuk pembelajaran disiplin bagi murid bagi seorang guru, padahal hukuman mempunyai arti berbeda. Hukuman adalah sebuah cara untuk mengarahkan sebuah tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang diharapkan.  Secara umum hukuman dalam hukum adalah sanksi fisik maupun psikis untuk kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan yang berpengaruh untuk karakter peserta didik dan tidak bagus untuk psikologis anak. Intinya pemberian sangsi dengan hukuman tidak dibenarkan  dan bertentangan dengan tujuan dan cita cita pendidikan Kihajar Dewantara, Disiplin Positif adalah sebuah pendekatan  yang dirancang untuk mengembangkan murid untuk menjadi pribadi dan anggota dari komunitas yang bertanggung jawab, penuh hormat, dan kritis. Disiplin positif mengajarkan keterampilan sosial dan kehidupan yang penting dengan cara yang sangat menghormati dan membesarkan hati, tidak hanya bagi murid tetapi juga bagi orang dewasa (termasuk orangtua, guru, lembaga , pekerja muda, dan lainnya).

D

isiplin positif bertujuan untuk bekerja sama dengan siswa dan tidak menentang mereka. Penekanannya adalah membangun kekuatan peserta didik daripada mengkritik kelemahan mereka dan menggunakan penguatan positif untuk mempromosikan perilaku yang baik. Hal ini melibatkan memberikan siswa-siswi pedoman yang jelas untuk perilaku apa yang dapat diterima dan kemudian mendukung mereka ketika mereka belajar untuk mematuhi pedoman ini. Pendekatan ini secara aktif mempromosikan partisipasi anak dan penyelesaian masalah dan di saat yang bersamaan juga mendorong orang dewasa, dalam hal ini yaitu pendidik, untuk menjadi panutan positif bagi anak-anak muda dalam perjalanan tumbuh kembang mereka.

U

paya untuk membangun budaya positif disekolah guru harus bekerja sama dengan kepala sekolah serta orang tua yaitu dengan sebagai guru harus memiliki peran kunci dalam pengembangan disiplin positif dengan menciptakan ruang kelas yang berpusat pada peserta didik, Melibatkan dan bekerjasama dengan orangtua dalam penerapan disiplin positif. Kepala sekolah harus memastikan para guru dan staf mendapatkan dukungan dalam menerapkan disiplin positif di sekolah serta Mendukung dan mengawasi keterlibatan orangtua dalam menerapkan disiplin positif. Dan orang tua menciptakan suasana rumah yang aman dan nyaman sehingga dapat menerapkan disiplin positif yang konsisten dan berpartisipasi dalam pertemuan sekolah dan memiliki hubungan baik dengan guru untuk mendukung pendekatan disiplin positif.

S

elanjutnya  budaya budaya positif dikelas yang sudah dirancang melalui kesepaktan kelas, kemudian dapat diikuti oleh setiap teman sejawat  diharapkan  menjadi sebuah visi sekolah yang bisa dijalankan secara  global oleh warga sekolah. Dan peran sebagai guru penggerak sejatinya mampu  menggerakan seluruh komunitas sekolah dalam penerapan budaya positif menjadi sebuah visi sekolah, yang bisa dipatuhi tanpa ada penamaan hukuman dan sanksi, demikianlah koneksi antar materi yang bisa kami paparkan lewat artikel ini.

Komentar